Prabu Salya

Prabu Salya
prqbu salya

prabu salya dan nakula sadewa

prabu salya dan nakula sadewa
prabu salya,nakula dan sadewa by,massugiwlsi

Selasa, 23 Februari 2010

Salya Gugur

Salya Gugur
Sepeninggal Adipati Karna, yang telah gugur di hari 17 Perang  Barata Yudha  melawan Arjuna.Maka urutan berikutnya, jago dari Kurawa tiada lain Prabu Salya. Seorang raja yang sakti dengan Aji Canndrabirawanya. Walaupun tidak di sertai pasukan Mandaraka, Prabu Salya, seperti membawa 1000  raksasa,.yaitu dengan Aji Candrabirawa.Yang keseribunya sama sama sakti. Pati akan membuat Pandawa cepat tunduk dan takluk kepada Kurawa.

Malam ini juga Prabu Suyudana meminta Prabu Salya menggantikan kedudukan Adipati Karna menjadi Senapati perang Barata Yuda yang keempat kalinya. yang memimpin Pasukan Perang Astina ke Tegal Kurusetra. Namun pengangkatan Prabu Salya menjadi Senapati Astina, kali ini memunai protes putera Pandita Dorna.

Karena Prabu Salya dalam bertugas mengendarai kereta perang Adipati Karna, tidak fair, tidak meyakinkan, dan penuh kecurangan. Sehingga perang antara Arjuna dan Adipati Karna, yang sebelumnya, dipastikan akan di menangkan Adipati Karna, ternyata menjadi kemenangan Arjuna. Hal tersebut terjadi  Prabu Salya.lebih mencintai Pandawa, dan menorbankan Karna yang tak lain menantunya sendiri, suami dari Suttikanti puterinya.

Mendengan kata kata Aswatama seperti itu, darah Prabu Salya menjadi mendidih, .Pertengkaran itu semakin lama semakin seru. Prabu Salya aakan membatalkan tugas sebagai Senapati, kalau Aswatama menyerang terus,

Prabu Suyudana cepat bertindak, Aswatama diminta untuk menghentikan pertengkaran. Dan Aswatama di keluarkan dari Ruangan. Aswatama malu, dan berjanji, keluar dari ruangan ini, ia tidak akan kembali lagi.

Ritual pengangkatan Prabu Salya sebagai Senapati perang telah selesai. Prabu Salya mohon ijin pada Raja Astina, untuk pulang ke Mandaraka, guna berpamitan kepada istri.

Sesampai di Istana Mandaraka, Prabu Salya merenungi perjalanan hidupnya dimasa lalu. Masa remaja Prabu Salya, yang waktu itu bernama Narasoma, adalah satriya berwajah tampan dan juga sakti. Narasoma berpamitan kepada ayahnya, Prabu Mandrapati, untuk mengikuti Sayembara memperebutkan Dewi Kunti puteri Prabu Basukunti, Raja Mandura.

Ayahnya merestui dan berangkatlah  Narasoma ke Mandura.  Adiknya yang bernama Dewi Madrim, juga mengikuti kepergiannya.

Setelah beberapa lama perjalanan, tiba tiba saja ada angin besar yang menarik  tubuh Narasoma. Narasoma terbuncang angin dan jatuh  di depan sebuah pertapaan. Pertapaan Argabelah. Pertapaan Argabelah adalah sebuah Istana raja. Semua adalah Kerajaan Argabelah, yang rajanya bernama Prabu Bagaspati. Karena Prabu Bagaspati merasa banyak salah dan dosa, maka kerajaannya dirobah menjadi pertapaan. Masih nampak bekas bangunan Istana yang sebagaian besar sudah rusak tidak terpelihara.

Begawan Bagaspati mencegat perjalanan Narasoma. Diajaknya Narasoma menuju pertapaannya. Ia pun berjalan kesana bersama Begawan Bagaspati. Sesampai di Pertapaan Argabelah,Narasoma diperkenalkan dengan anaknya, seorang puteri yang cantik jelita, bernama Dewi Pujawati.

Narasoma melihat Dewi Pujawati langsung jatuh cinta Tetapi didalam hati Narasoma malu memiliki calon mertua seorang raksasa.Disuatu saat keduanya sedang bercengkerama di taman Argabelah, Narasoma berkata, bahwa ia mencintai Dewi Pujawati, namun untuk memetik sekuntum mawar merah, Narasoma takut terkena durinya.Dewi Pujawati tidak mengerti apa maksud perkataan calon suaminya,

Pujawati mendapatkan ayahnya dan bertanya apa arti perkataan calon suaminya. Begawan Bagaspati, memaklumi apa yang diinginkan oleh Narasoma. Disuruhnya Pujawati memanggilkan Narasoma agar datang menghadap dirinya. Narasoma pun datang menghadap.

Begawan Bagaspati, memberitahu kepada Narasoma bahwa Bega wan Bagaspati akan menurunkan Ajian Candrabirawa kepada Narasoma.Dewi Pujawati oleh ayahnya, diminta  agar menjauh dari tempat itu, Karena Begawan Bagaspati akan   menurunkan Aji Candrabirawa pada Narasoma.

Setelah Narasoma menyiapkan diri nya untuk menerima Aji Candrabirawa,  keluarlah dari  tubuh Begawan Bagaspati  seorang raksasa besar sekali, dan berjalan mendekati Narasoma Melihat itu Narasoma menjadi ketakutan.Sang Begawan meminta Narasoma agar tenang. Raksasa itu memasuki tubuh Narasoma, Setelah menerima Aji Candrabirawa Narasoma merasa bangga.Narasoma sekarang sudah memiliki Aji Candra birawa, yang kekuatannya melebihi kekuatan 1000 raksasa, suatu ajian yang amat dahsyat.

Tetapi Narasoma belum puas kalau hanya menerima  Aji Candrabirawa saja. Narasoma masih menginginkan sebuah permintaan lagi, yaitu ingin melenyapkan Begawan Bagaspati. Karena malu mempunyai seorang mertua yang berujud raksasa. Begawan Bagaspati berserah diri, ia membuka dadanya, agar Narasoma segera membunuhnya. Tetapi keris Narasoma tidak bisa melukai dada Begawan Bagaspati. Begawan Bagaspati berpesan kepada Narasoma, bahwa sebelum ia  mati,

Narasoma akan tetap  menyayangi  Pujawati. Karena Pujawati adalah anak satu satunya  yang ia miliki dan yang paling dicintainya.Meminta Narasoma jangan sampai menyia nyiakannya dan memberikan  perlindungan kepada Pujawati.Demi cinta pada Pujawati, Begawan Bagaspati merelakan kematiannya. Begawan Bagaspati menyerahkan keris pusaka kepada Narasoma, dan minta agar segera ditikamkan kedadanya. Narasoma menerima keris itu dan ditikamnya Begawan Bagaspati. Tiba tiba tubuh Bagawan Bagaspati hilang dari pandangan, tetapi kemudian  terdengar suara Begawan Bagaspati, bahwa  apabila nanti ada perang besar, saat itulah Narasoma akan menemui kematiannya.

Seorang  berdarah putih, itulah yang sanggup mengantar kematian Narasoma. Setelah itu keadaan menjadi hening. Dewi Pujawati menyaksikan ayahnya dibunuh oleh Narasoma, namun Dewi Pujawati tetap mencintai suminya. 

Narasoma, kemudian berpamitan kepada Dewi Pujawati, untuk mengikuti Sayembara memperebutkan dewi Kunti ke negeri Mandura.  Dikatakan  oleh Narasoma bahwa sejak keberangkatan dari Mandaraka, ia akan ke Manmdura, mengikuti Sayembara tersebut.Naun tidak tahu apa sebabnya, Narasoma kesasar masuk dalam Pertapaam Argabelah. Dewi Pujawati tidak keberatan, dipersilakannya suaminya untuk mengikuti Sayembara tersebut.

Sesampai di Mandura, sayembara baru usai. Pemenang sayembara adalah Pandu. Melihat Pandu yang menang, maka Narasoma meminta agar Pandu mau melayani tantangannya untuk meminta Dewi Kunti. Karena apabila Narasoma ikut dalam Sayembara, maka pastilah yang akan memenangkannya. Pandu tidak keberatan, Pandu meladeninya.

Terjadi perkelahian yang hebat. Narasoma mengeluarkan aji Candrabirawa. Melihat aji Candrabirawa, maka Pandu bersemadi memohon pertolongan dewa. agar selamat dalam melawan aji yang luar biasa. Satu raksasa, kalau di pukul menjdi ratusan raksasa. Dewa memberikan perlindungan. Ajian Cabnsdrawirawa bisa disirep. Narasolma merasa kalah. Narasoma simpati pada Pandu. Narasoma menawarkan kepada Madrim, adiknya, apakah bersedia menjadi istri Pandu. Dewi Madrim sangat terpesona ketampanan Pandu, maka dengan senang hati ia mau menjadi istrinya. Maka diserahkannya adiknya,Dewi Madrim kepada Pandu. Narasoma berpaminta kepada adiknya pergi ke Argabelah, hendak memboyong Dewi Pujawati kembali ke Kerajaan Mandaraka. Karena kesetiaan Dewi Pujawati pada Narasoma, maka Narasoma memberi nama Setyawati pada Dewi Pujawati.

Setelah beberapa hari kemudian, mereka berdua boyongan kembali Ke Negeri Mandaraka. Kehadiran mereka disambut gembira oleh ayahandanya, Prabu Mandrapati. Narasoma dan Dewi Setyawati hidup berbahagia. Prabu Mandrapati menyerahkan kekuasaannya pada Narasoma. Narasoma diangkat menjadi raja di Mandaraka dan bergelar Prabu Salya, Prabu Salyapati. Dari perkawinan Narasoma dan Dewi Setyawati, lahirlah putera puterinya Dewi Irawati, Dewi Surtikanti, Dewi Banowati, Burisrawa  dan Rukmarata. Dewi Irawati yang diperistri Prabu Baladewa, Dewi Surtikanti diperistri Adipati Karna, sedangkan Banowati adalah istri Prabu Suyudana.

Kini sudah terjadi perang besar, orang yang berdarah putih semula  ada tiga orang, Resi Subali, Begawan Bagaspati dan Puntadewa. Resi Subali dan Begawan Bagaspati sudah tiada, Sekarang hanya tinggal satu satunya,yaitu Puntadewa. Prabu Salya khawatir kalau sampai tidak bertemu dengan orang berdarah putih, apakah  dia tidak bisa mati. Bisa jadi umurnya seumur dunia.  Untuk itu Prabu Salya sudah siap mati. Prabu Salya juga lebih sayang dengan Pandawa.  Prabu Salya sudah bertekad mati untuk Pandawa.


Sementara itu Nakula dan Sadewa datang menghadap. Prabu Salya sangat bahagia melihat kedatangan kedua kemenakannya,  Kembar  menyangsikan keselamatan Prabu Salya dalam  perang Baratayu dha. Kembar menghendaki agar Prabu Salya tidak berperang. Prabu Salya, menjadi terharu merangkul Nakula dan Sadewa. Prabu Salya menangisi nasib keluarga Mandaraka mengapa jadi terseret perang besar Barata Yudha. Akhirnya Prabu Salya berjanji tidak akan  membunuh siapapun dalam  Perang Barata Yudha besok pagi. Nakula dan Sadewa berpamitan, dan pulang ke perkemahan Pandawa, Prabu Salya masuk dalam sanggar pamujan. Selesai berdoa di sanggar pamujan,

Prabu Salya menghampiri istrinya di Keputrean Istana Mandaraka. Mereka berdua merasakan kasih sayang mendalam yang tak bisa terpisahkan.Didalam  kesempatan ini, Prabu Salya meminta pamit mati. Ia tidak berperang, ia menjemput kematian, karena sudah  menjadi ketetapan Dewa , seperti apa yang dikatakan Rama Begawan Bagaspati, saat kematian Prabu Salya adalah dalam Perang  Barata Yudha, Kematian itu akan diperoleh dari seorang satria suci berdarah putih yaitu Prabu Puntadewa. Kesempatan itu adalah kesempatan baik, untuk ke surga bersama Begawan Bagaspati. Dewi Pujawati menyembunyikan kesedihannya. Ia selalu menghibur suaminya. Dimintanya  agar Prabu Salya hati hati dalam berperang, dan mengharap agar Prabu Salya  bisa kembali dengan selamat.

Keesokan harinya, di Tegal Kurusetra, sangsakala telah dibunyikan, perajurit bersiap-siap utuk maju kemedan laga. Prabu Salya  berbaju putih-putih memasuki  Tegal Kurusetra dengan kereta perangnya.  Sedangkan Prajurit Kurawa yang mengikuti dibelakang kereta perang Prabu Salya menjadi bagian perajurit Pandawa untuk menggempurnya. 

Pertempuran sengit antara perajurit terjadi. Sementara itu Kereta Perang Prabu Punta Dewa dengan sais Bathara Kresna memasuki medan perang dari garis pertahanan Pandawa. Disinilah kereta perang Prabu Salya dan kereta perang Prabu Puntadewa bertemu. Prabu Puntadewa dan Prabu Salya langsung turun dari kereta masing-masing, Prabu Punta Dewa  mencium kaki Prabu Salya.  Prabu Salya jadi tersipu-sipu. Prabu Punta Dewa menghaturkan salam hormat dari keluarga Pandawa.

Prabu Salya minta agar Prabu Punta Dewa membunuhnya. Namun Punta Dewa tidak sanggup memenuhi permintaan Prabu Salya. Prabu Kresna minta agar Prabu Punta Dewa dan Prabu Salya agar  betul betul bertempur dalam Perang Barata Yudha. Akhirnya Prabu Punta Dewa dan Prabu Salya kembali ke kereta perang masing-masing. Dan keduanya akan saling mengadu kepandaian dalam memanah, Prabu Salya melepaskan beberapa kali serangan. 

Namun semua serangannya meleset jauh dari sasaran. Sedangkan Prabu Punta Dewa belum pernah melayangkan satu kali  panahpun.  Prabu Salya mengeluarkan Aji Candrabirawa. Raksasa besar keluar dari tubuh Prabu Salya. Seluruh Bala Pandawa merasa cemas dengan kehadiran Candrabirawa. Raksasa keluar dari tubuh Prabu Salya. Raksasa iu mendekati Prabu Puntadewa. Prabu Punta Dewa bersemadi mohon perlindungan dewata. Namun raksasa itu lenyap dari pandangan mata. Raksasa itu telah dimusnahkan sendiri oleh Prabu Salya dengan menyuruh Aji Candrabirawa  segera meninggalkan Prabu Salya. Aji Candrabirawa pun musnah..

Akhirnya Prabu Punta Dewa melayangkan pusaka Jamus Kalimusada, Jamus Kalimsada. konon ada yang memberi gambaran ,berupa sebuah surat dalam amplop, atau merupakan sebuah kitab. Ketika pusaka Jamus Kalimasada dilemparkan, wujud Jamus Kalimasada berubah bentuk menjadi sebuah tombak,. namun arahnya melenceng, sehingga tidak mengenai  Prabu Salya. Tanpa diduga, pusaka Jamus Kalimuasada  itu berbalik dan tepat mengenai dada Prabu Salya, sehingga Prabu Salya gugur di palagan. Rupanya, pusaka  yang meleset itu telah ditangkap oleh sukma Begawan Bagaspati, dan diarahkan tepat ke dada Prabu Salya hingga tewas. Prabu Punta Dewa menangisi kepergian uwanya.

Pada upacara perabuan jasad Prabu Salya, istri tersayang Prabu Salya, Dewi Setyawati, ikut bela pati, terjun kedalam api yang sedang bergolak membakar jasad Prabu Salya.
Prabu Salya memimpin perang dipihak Kurawa hanya dalam waktu setengah hari. ***

SELESAI